Senin, 24 Agustus 2009

TO NARSIS

Narsis! O' my Narsis!
walk with me today..to the village
I must be seen with you
how the people envy me!
How they whisper into their hands;
"how does he find and hold such beautiful woman?...
And I hear she is also wise
and also her love is like sweet bread and wine...
I hear she pour love to him from golden cup
and he drink like a prince"

O' my Narsis! My Love!
walk with me today!
Impotant men talk to me and desire to see you
they whisper in each ear;
"O' If I had that Narsis to wife..O' If she would only smile to me..O' if she would pour my coffee..My tea...bake my bread.."
O" Narsis,My heart melts and forms a new shape
walk with me today!





By: Daanl Daanl Ruairigh
my special friend
230809

Minggu, 23 Agustus 2009

ABJAD KOSONG

Kain putih ini telah menghitam
Tak satu abjad dapat ku goreskan

Lalu, apa aku ini?

Ribuan abjad terhambur
Haruskah tersia,
ataukah tak bermakna?

Kain hitam ini hanya menanti
Akankah abjad itu melesak?



@Rayung Sekar
080709

Senin, 03 Agustus 2009

PELANGI DI ATAS PUSARA

(Rayung ing astana)
*) puisi spontan ini aku dedikasikan tuk sobatku Nur hayatii


kutak dapat menghitung berapa kali embun pagi menetes di ujung lidah rerumputan, apalagi kuharus menghitung seberapa besar limpahan kasih-Mu padaku Yaa Allah...

aku tak mampu
sungguh
aku tak mampu!

mengukur kedalaman samudra mengukur ketinggian himalaya bahkan mengukur bentang gendewa dapat diterka tapi kedalaman hati...?
oh
aku tak bisa
sungguh
aku tak bisa!

saat sang surya sepenggalah menyeret waktu menuju tepian senja, pucuk-pucuk cemara melambai seakan sehabis senja tak ada lagi kehidupan buatku

; ?

(diamku camar elang pulang kandang... hemm dingin menyergap tulangtulang rawan)

di atas bale-bale bambu kupijatpijat kakiku, kupijatpijat niatku agar tetap lurus lempeng
sedang jalan yang berliku sebenarnya lebih menampilkan dinamika
tapi oh...
yang mudahmudah tak selamanya dapat menghantarku ke kehendak-Mu

disaat pelangi di atas pusara, kubaru dapat terkesima tapi belum dapat memaknai untuk apa Kau hantarkan bianglala di atas pusara?
; sungguh
aku lupa
bahwa hantaran-Mu salah satu pertanda nikmat yang seharusnya aku syukuri pula

...
Muhammad Ponco Wae
Tangerang, 2 Agustus 2009 - 20:14